Penipu Itu Mengintipku Mandi, Kak Dewa

CERITAHOT | Perkenalkan namaku Nisa, umurku 22 tahun. Aku mempunyai seorang kakak, ia bernama Kakak Dewa. Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota j, semester 6. Di kota K, aku dan kakakku mengontrak sebuah rumah dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan dapur. Sebagai gambaran, aku berkulit kuning langsat (masih keturunan Tionghoa), tinggiku 164 cm dan berat 63 kg dengan ukuran bra 34B. Aku anak kedua dari 2 bersaudara, kakakku cowok masih duduk di bangku kuliah semester 8. Selain itu aku juga punya lesung pipit di kedua belah pipiku, dengan rambutku yang sebahu.

Sejujurnya aku akui kalau aku mempunyai sifat aneh yang mungkin jarang dimiliki wanita yang seusia denganku. Aku lebih senang jujur daripada dibilang penipu. Jadi, yah boleh dibilang aku “beda” dengan perempuan kebanyakan. Aku mempunyai sifat suka mempertunjukkan bagian-bagian tubuhku kepada orang lain, khususnya laki-laki. Hal ini sudah kualami sejak aku berumur 18 tahun, waktu itu aku masih semeter 1.

Ceritanya aku baru pulang kuliah. sekitar pukul 4 sore, sesuai dengan kebiasaanku, setelah meletakkan tas, aku mandi. Tiba-tiba selintas aku melihat kelebat bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil sepanjang sambungan papannya. Rasanya ada yang mengintipku. Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Kakakdewa. Diakah?

Ah, mungkin hanya kebetulan. Aku kembali meneruskan kegiatan mandiku. Kubersihkan seluruh tubuhku. Kugosok bagian-bagian tubuhku. Aku gosok dan remas buah dadaku untuk menghilangkan kotoran dan keringatku. Aku juga membersihkan ketiakku. Tiba-tiba aku melihat bayangan yang berkelebat kembali. Kupikir, ini pasti Kakakdewa. Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya

Aku segera menyelesaikan mandiku, agar kakakku dapat segera menggunakan kamar mandi yang sedang kugunakan. Kemudian aku bergegas keluar ke kamarku untuk ganti baju. Kulihat kakakku sedang duduk membaca majalah. Aku tidak lama berganti baju. Saat aku keluar, ternyata kakakku masih sibuk dengan majalahnya. Jadi sebenarnya dia tidak ingin ke kamar mandi. Kupikir, mungkin aku salah sangka mengenai kejadian tadi hingga akhirnya kulupakan saja.

Penipu Itu Mengintip Mandi, Kak Dewa

Hari Berikutnya

Pada pukul 4 sore aku kembali mandi sesuai dengan rutinitasku. Sebenarnya aku sudah melupakan peristiwa kemarin hingga kelebatan sosok orang yang mengintip di pintu itu kembali kulihat. Aku jadi berpikiran erotis. Apakah kakakku senang melihatku mandi?

Aku lantas membayangkan seseorang yang senang mengintip orang lain mandi. Orang-orang seperti itu akan terangsang birahinya saat mengintip orang mandi. Bahkan tidak jarang yang sambil melakukan masturbasi sambil melakukan kegiatan mengintipnya.

Aku mengelus kudukku. Ada semacam perasaan birahi yang menyelinap. Aku menjadi terangsang. Aku ingin menggoda kakakku. Aku akan memamerkan lekuk-lekuk tubuh indahku kepadanya. Aku akan sengaja berlama-lama mandi. Aku merasakan semacam nikmat birahi saat orang lain menonton tubuh telanjangku. Apakah ini yang sering disebut sebagai ‘exhibitionist’?

Kini yang kuperhatikan adalah celah pintu kamar mandi di bagian bawah. Dari situ akan nampak bayangan yang lebih jelas seandainya ada orang berdiri di depan pintu. Dan jika belum berpengalaman, maka orang tersebut tidak akan merasa bahwa kehadirannya di pintu itu akan diketahui oleh orang yang berada di dalam kamar mandi. Aku menyibukkan diri dengan menggosok badan dari kotoran sehari-hari yang melekat di seluruh bagian tubuhku. Sesekali aku melirik ke pintu bagian bawah.

Pelan-pelan, dengan penuh perasaan aku membersihkan leherku dengan tangan. Kubersihkan kudukku dengan menyabuninya. Kubayangkan betapa ketiakku begitu terpampang lebar untuk dinikmati oleh mata kakakku. Kemudian dengan perlahan, kucuci kedua ketiakku itu, menyabuni dan menggosoknya. Aku bergaya seakan hidungku berusaha mengendusnya untuk mengecek bahwa ketiakku sudah wangi.

Dan akhirnya benar. Kulihat kini bayangan kaki itu kembali. Aku tahu persis, itu memang kaki kakakku. Dengan tanpa sengaja, berarti aku sudah mengamati kedua kakinya yang lincah itu. Kaki itu diam saja dan tenang. Pikirku, saat ini pasti mata kakakku sedang terpaku menatap ketiakku. Diam-diam perasaanku mulai merinding karena birahiku yang telah lebih menyeruak ke dalam perasaanku.

Tanganku beralih ke buah dadaku. Kuambil sabun dan kugosokkan ke buah dadaku, yang tentunya akan sangat menarik pandangan kakakku. Busa sabun tersebut menutup sebagian buah dadaku. Biasanya hal ini akan membuat penasaran bagi siapapun. Sengaja kubiarkan kubiarkan hal ini, kemudian jari-jariku mulai mempermainkan puting susuku. Aku pilin-pilin hingga wajahku sedikit menyeringai.

Berikutnya, kugosokkan sabun ke perut, kemudian juga ke pinggang dan pinggul. Aku berputar ke kanan dan ke kiri agar kakakku bisa menikmati keseluruhan tubuhku. Mataku kembali melirik pintu bawah kamar mandi dimana kaki kakakku masih nampak tidak bergeser dari tempatnya semula.

Seusai menyabuni buah dada, perut dan pinggang serta pinggulku, aku menyendok air untuk kusiramkan ke tubuhku. Sekali lagi kuputar tubuhku. Aku tahu, air yang menyiram dan mengaliri tubuhku akan membuatnya nampak bening dan mulus karena pantulan cahaya yang menerpa lekuk-likunya.

Aku kembali berputar sambil sesekali membuat gerakan membungkuk. Dengan cara itu, kakakku akan dapat melihat betapa buah dadaku yang ranum ini mengembung dari dadaku. Dan dari sudut yang lain dia juga akan dapat menikmati pantatku yang menonjol ke belakang.

Kembali kuintip kaki di balik pintu itu. Kubayangkan betapa “panas dingin” perasaan dan “dag dig dug” jantung kakakku. Kemudian kaki kiriku kuangkat agar bertumpu pada bibir bak mandi. Posisi ini membuatku membelakangi pintu. Kubayangkan betapa kakakku akan dapat menikmati mulus dan indahnya bokongku. Bahkan saat kusengaja untuk sedikit lebih menungging lagi, analku yang bersih kemerahan itu akan langsung terpampang dengan leluasa ke arah pintu.

Selintas aku merasa kasihan pada kakakku membayangkan betapa birahinya akan sedemikian tersiksa melihat bokong dan analku di depan hidungnya. Tentu saja, tidak lupa aku juga mencuci bokong dan analku. Pertama, kugosok semua bagian dengan sabun hingga berbusa. Kemudian tangan atau jariku mengosok-gosok atau mengelus setiap bagian itu agar benar-benar bersih.

Bahkan saat jari tanganku sampai ke anal, dengan lembut aku juga menusuk-nusukkannya. Kemudian kembali aku mengguyurnya dengan gayung air bak mandi hingga kembali pantulan cahaya erotis menerpa lekuk-liku paha, betis dan jari-jari kakiku.

Lama kelamaan aku terbawa oleh imajinasiku sendiri yang semakin mendorong gejolak erotis dengan sepenuh nafsuku. Saat aku melakukan ini semua, secara perlahan aku mendesah dalam bayangan kenikmatan birahiku. Saat kuangkat kaki kananku agar bertumpu pada bibir bak mandi, selangkanganku akan nampak terbuka.

Di dekat tepi celana dalamku, ada ‘tahi lalat’-ku yang cukup besar. Mulanya, kuanggap ‘tahi lalat’ ini mengganggu kecantikanku, tapi apa boleh buat. Tontonan selangkanganku yang terbuka ini pasti merupakan kesempatan yang telah ditunggu-tunggu oleh . Dia akan melihat selangkanganku lebih jelas dengan seluruh detailnya, termasuk kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Kusabuni paha dan betisku, kugosok dengan penuh perasaan layaknya seorang penipu yang mencari mangsa. Kubayangkan, seakan aku mencuci porselain yang sangat mahal dari Mesir. Kumasukkan sabun ke jari-jari kakiku satu persatu dan kubersihkan dengan teliti. Aku ingin berlama-lama memberikan kesempatan kepada kakakku menikmati pemandangan ini.

Kembali kuguyurkan air ke kaki kananku. Dan kini saatnya untuk mencuci kemaluanku. Aku merasa perlu sedikit mendramatisir penampilan. Kuelus seluruh permukaan kemaluanku. Tanganku membelah bibirnya dan jari-jariku menggosok celah-celahnya. Dua jari kubenamkan-benamkan ke liang vaginaku untuk mengorek dinding-dindingnya hingga wajahku sedikit menyeringai.

Penipu Itu Mengintipku Mandi, Kak Dewa

Kuambil sabun dan kugosok agar mengeluarkan busa. Kemudian kuletakkan kembali sabun tersebut dan tanganku turun menyabuni vaginaku. Kusabuni keseluruhan permukaannya termasuk bulu-bulu halus di seputarnya. Kemudian tanganku mulai menyabuni bibir kemaluan dan kelentit. Kugosokkan sabun hingga busanya bertumpuk menutup vaginaku. Lalu dengan cepat kusiram hingga kembali dengan jelas tampak kemaluanku.

Selanjutnya kini kembali jari-jariku kumasukkan ke liang vaginaku. Kukorek-korek hingga busa sabunnya menumpuk dan kembali menutup lubang vaginaku. Semua hal tersebut kulakukan sambil wajahku menampakkan ekspresi sensual yang kumiliki. Aku semakin tidak dapat membayangkan, bagaimana blingsatannya kakakku karena menyaksikan ulahku ini. Dan pada kuguyur seluruh tubuhku. untuk membilas ketiak, buah dada, puting, perut, bokongku, anus maupun vaginaku hingga aku yakin bahwa semuanya telah menjadi bersih.

Kuambil handuk dari gantungan untuk mengeringkan tubuh. Kemudian aku bergegas keluar kamar mandi. Kaki di depan pintu itu dengan secepat kilat menghilang. sesampai di kamar, aku baru teringata kalau bra dan gstringku tertinggal di gantungan kamar mandi.

Pintu kamar mandi telah tertutup. Kudengar kakakku bernyanyi-nyanyi kecil. Aku berjingkat mendekat ke depan pintunya. Aku mengintip dari celah yang sama dengan celah pengintipan kakakku saat aku mandi tadi. Kudekatkan mataku ke celah itu.

Setelah menanggalkan semua pakaiannya, Tangannya yang kini bergerak maju, mengambil sesuatu dari gantungan baju yang memang letaknya menempel di pintu itu. Tetapi, kakakku meraih bra dan celana dalamku yang karena lupa, masih tertinggal di kamar mandi. Celana dalam itu sudah kotor dan aku telah berganti mengenakan celana dalam lain yang masih bersih.

Yang membuatku lebih terkejut lagi adalah, dengan serta merta, celana dalamku yang bermotif bunga-bunga merah muda itu diciuminya. Dia tangkupkan ke hidungnya dan dengan matanya yang setengah tertutup, dia menghirupnya dalam-dalam selama bermenit-menit. Dia bolak-balik serta di gosok-gosoknya celana dalam kotor itu ke kemaluannya. Dia juga mengecap-ngecap dengan mulutnya hingga braku tersebut tampak basah kuyup oleh ludahnya, khususnya di bagian yang menutupi puting.

One thought on “Penipu Itu Mengintipku Mandi, Kak Dewa

Leave a comment